Pages

Kamis, 16 Februari 2012

Halusinasi

A. Pengertian
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh penginderaan atau sensasi: proses penerimaan rangsang (Stuart, 2007).
Halusinasi adalah ketidakmampuan klien menilai dan merespon pada realita.  Klien tidak dapat membedakan rangsang internal dan eksternal. (Dalami, dkk. 2009).
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsang  yang menimbulkannya atau tidak ada objek. (Sunardi, 2005).
Halusinasi adalah suatu keadaan individu menginterpretasikan stressor yang  tidak ada stimulus dari lingkungan. (Depkes RI, 2000).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah .sedangkan Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).

B. tanda dan gejala
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
•    Bicara sendiri.
•    Senyum sendiri.
•    Ketawa sendiri.
•    Menggerakkan bibir tanpa suara.
•    Pergerakan mata yang cepat
•    Respon verbal yang lambat
•    Menarik diri dari orang lain.
•    Berusaha untuk menghindari orang lain.
•    Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
•    Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
•    Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
•    Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
•    Sulit berhubungan dengan orang lain.
•    Ekspresi muka tegang.
•    Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
•    Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
•    Tampak tremor dan berkeringat.
•    Perilaku panik.
•    Agitasi dan kataton.
•    Curiga dan bermusuhan.
•    Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
•    Ketakutan.
•    Tidak dapat mengurus diri.
•    Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang

C. Etiologi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
Faktor predisposisi
1). Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a). Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b). Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c). Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2). Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3). Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1). Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2). Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3). Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.




D. mekanisme koping
Mekanisme Koping menurut (Stuart and Sundeen 2007) Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobioligik termasuk :
1.    Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk aktivitas hidup sehari – hari.
2.    Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3.    Menarik diri.

E. Rentang Respon

Respon adaptif     Respon maladaptif



- Pikiran logis    - Pikiran terkadang menyimpang        -  Kelainan fikiran
-Persepsi akurat    - Ilusi                                                         - Halusinasi
-Emosi konsisten    - Emosional berlebihan/             - Tidak mampu mengontrol
                                      dengan pengalaman kurang           emosi
- Perilaku social    - Perilaku ganjil             - Ketidakteraturan
-     Hubungan sosial     - Menarik diri                 - Isolasi soial
 
Keterangan :
1. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon adaptif:
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyatan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas  kewajaran.
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan  lingkungan.

2. Respon psikososial
Respon psikosial meliputi:
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
b. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan  yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
c. Emosi berlebihan atau berkurang.
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas  kewajaran.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.

3. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.


F. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) halusinasi terdiri dari tujuh jenis :
1.    Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
2.    Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3.    Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
4.    Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
5.    Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6.    Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine.
7.    Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

G. Fase Halusinasi
Tahap  Halusinasi menurut Sunaryo, 2004 :
1.    Tahap I yaitu Menenangkan ( ansietas tingkat sedang )
Secara umum halusinasi bersifat menyenangkan
Karakteristik : Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa bersalah dan takut serta mencoba untuk memusatkan pada penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas. Individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialami tersebut dapat dikendalikan jika ansietasnya bisa diatasi.
Perilaku pasien : Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara, gerakan mata yang cepat, respon verbal yang lamban, diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.
2.    Tahap II yaitu Menyalahkan ( ansietas tingkat sedang )
Secara umum halusinasi menjijikkan
Karakteristik : Pengalaman sensori bersifat menjijikkan dan menakutkan, orang yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain.
Perilaku pasien : Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan nadi, pernapasan dan TD, Penyempitan kemampuan konsentrasi, dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.
3.    Tahap III yaitu Mengendalikan ( ansietas tingkat berat )
Pengalaman sensori menjadi penguasa
Karakteristik : Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya, isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir.
Perilaku pasien : Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada menolaknya, kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
4.    Tahap IV yaitu Menaklukkan ( ansietas tingkat panik )
Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi
Karakteristik : Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik.
Perilaku Pasien : perilaku menyerang – teror seperti panik, sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain, kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

H. Konsep dasar asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang klien agar dapat mengidentifikasi kesehatannya, kebutuhan keperawatan serta masalahnya bio, psiko, sosial dan lingkungan yang meliputi :
a. Pengumpulan data menurut (Stuart and Sundeen, 2006)
Tujuan dari pengumpulan data untuk menilai keadaan kesehatan serta kemungkinan adanya masalah keperawatan yang memerlukan intervensi keperawatan. Data yang dikumpulkan bisa berupa data objektif dan subjektif yaitu data yang dirasakan oleh klien, keluarga, dan hanya dia yang merasakannya.
b. Identitas klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat, No. RM, ruang rawat, tanggal pengkajian, tanggal masuk RS, diagnosa medis.
c. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan adalah aspek biologis, psikologis dan sosial.
1) Bagaimana hubungan interpersonal dengan orang lain.
2) Faktor sosial budaya, pola budaya, tempat tinggal klien, yang membuat perasaan seseorang disingkirkan atau kesepian.
3) Faktor psikologis, hubungan interpersonal yang tidak harmonis, peran ganda atau peran yang bertentangan.
4) Faktor biologis, ditemukannya atropik otak, pembesaran, vertikal, perubahan besar dan bentuk sel kortikal dan limbik.
5) Faktor genetik, gangguan orientasi realitas umumnya diteruskan pada pasien skizoprenia, ditemukan kembar monozigot pada perkembangan skizofrenia.
d. Faktor Presipitasi (Stuart and Sundeen, 2006)
Faktor presipitasi dapat bersumber internal atau eksternal
1) Stress sosial budaya
Stress dan kecemasan perpisahan dengan orang yang penting atau diasingkan dari kelompok.
2) Faktor Biokimia
Gangguan pada dopamine, noreprinetrin, indolarin, zat halusinogenik.
3) Faktor Psikologis
Intensitas kecemasan terbatasnya kemampuan mengatasi masalah. Pasien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan.
e. Sumber-sumber koping ( Stuart and sundeen, 2006  )
Sumber koping individual : modal intelegensia atau kreativitas yang tinggi, sumber keluarga : pengetahuan yang cukup tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan.
f. Mekanisme koping ( Stuart and Sundeen, 2006 )
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respons neurobiologik termasuk :
a) Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-hari.
b) Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
c) Menarik diri
g. Tanda dan gejala
1) Berbicara dan tertawa sendiri
2) Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
3) Berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
4) Disorientasi
5) Konsentrasi rendah
6) Pikiran cepat berubah
7) Kekacauan alur fikir
2. Daftar Masalah Keperawatan
Dari pengkajian dapat disimpulkan masalah keperawatan yang ditemukan pada klien dengan masalah utama perubahan sensori persepsi : halusinasi yaitu :
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran.
c. Isolasi sosial : menarik diri.
d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
e. Berduka disfungsional.
3. Pohon Masalah (Keliat, Budi Anna dkk, 2006)
Resiko perilaku kekerasan

                              gangguan persepsi sensori : halusinasi     DPD

Isolasi sosial : menarik diri

4. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran.
b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran berhubungan dengan isolasi sosial : menarik diri.
c. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

5. Prinsip Intervensi dan Rasional (Stuart and Sundeen, 2006)
a. Observasi pasien dari tanda-tanda halusinasi (sikap seperti mendengarkan sesuatu, bicara atau tertawa sendiri, terdiam ditengah-tengah pembicaraan).
Rasional : Intervensi awal akan mencegah respon agresif yang diperintah dari halusinasinya.
b. Hindari menyentuh pasien sebelum anda mengisyaratkan kepadanya bahwa anda juga tidak ada apa-apa bila diperlakukan seperti itu.
Rasional : Pasien dapat saja mengerti sentuhan sebagai suatu ancaman dan berespons dengan cara yang agresif.
c. Sikap menerima akan mendorong pasien untuk menceritakan isi halusinasinya dengan anda.
Rasional : Hal ini penting untuk mencegah kemungkinan terjadinya cedera terhadap pasien atau orang lain karena adanya perintah dari halusinasi.
d. Jangan dukung halusinasi. Gunakan kata-kata “suara tersebut” dari pada kata-kata “mereka” yang secara tidak langsung akan memvalidasi hal tersebut. Biarkan pasien tahu bahwa Anda tidak sedang membalikan persepsi Anda. Katakan “Meskipun saya menyadari bahwa suara-suara tersebut nyata untuk Anda Saya sendiri tidak mendengar suara-suara yang berbicara apapun”.
Rasional : Perawat harus jujur kepada pasien sehingga pasien menyadari bahwa halusinasi tersebut adalah tidak nyata.
e. Coba untuk menghubungkan waktu terjadinya halusinasi dengan waktu meningkatnya ansietas. Bantu pasien untuk mengerti hubungan ini.
Rasional : Jika pasien dapat belajar untuk menghentikan peningkatan ansietas, halusinasi dapat dicegah.
f. Coba untuk mengalihkan pasien dari halusinasinya.
Rasional : Keterlibatan pasien dalam kegiatan-kegiatan interpersonal dan jelaskan tentang situasi kegiatan tersebut, hal ini akan menolong pasien untuk kembali kepada ralita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar