Pages

Kamis, 16 Februari 2012

Kelainan telinga

Kelainan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif, tuli sensorineural / saraf / perseptif atau tuli campur. Tuli konduktif disebabkan kelainan di telinga luar atau telinga tengah. Kelainan telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif ialah atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, dan osteoma liang telinga. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif ialah tuba katar / sumbatan tuba Eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum dan dislokasi tulang pendengaran.

Tuli sensorineural terbagi atas tuli sensorineural koklea dan retrokoklea. Tuli sensorineural koklea disebabkan aplasia, labirintitis, intoksikasi obat ototoksik atau alkohol. Dapat juga disebabkan tuli mendadak, trauma kapitis, trauma akustik, dan pemaparan bising.

Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan neuroma akustik, tumor sudut pons-serebelum, mieloma multipel, cedera otak, perdarahan otak, atau kelainan otak lainnya.

Pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif dengan mempergunakan garpu tala dan kuantitatif dengan mempergunakan audiometer.

Tes Penala

Idealnya digunakan garpu tala 512, 1024, dan 2048 Hz. Bila tidak mungkin cukup dipakai 512 Hz karena tidak terlalu dipengaruhi suara bising sekitar.

Tes Rinne

Tujuan : membandingkan hantaran melalui udara dan tulang pada telinga yang diperiksa.

Cara : penala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar, penala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne positif, bila tidak terdengar disebut Rinne negatif. Dalam keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada hantaran tulang.

Tes Weber

Tujuan : membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan.
Cara : penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah dahi atau kepala. Bila bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut lateralisasi ke telinga tersebut. Bila terdengar sama keras atau tidak terdengar disebut tidak ada lateralisasi. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi pada telinga yang sakit) berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut, bila sebaliknya (lateralisasi pada telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli saraf.

Tes Schwabach

Tujuan : membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal.
Cara : penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Bila masih dapat mendengar disebut memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengar cara sebaliknya. Bila pasien masih dapat mendengar, disebut memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama mendengarnya disebut sama dengan pemeriksa.

Audiometri

Untuk pemeriksaan kuantitatif gangguan pendengaran dilakukan pemeriksaan audiometri. Dari audiogram dapat dilihat apakah pendengaran normal atau tuli, kemudian jenis dan derajat ketuliannya. Derajat ketulian dihitung dengan indeks Fletcher, yaitu rata-rata ambang pendengaran pada frekuensi 500, 1.000 dan 2.000 Hz. Pada interpretasi audiogram harus ditulis telinga yang mana, apa jenis ketuliannya, dan bagaimana derajat ketuliannya.

Untuk membedakan tuli koklea dan tuli retrokoklea diperlukan pemeriksaan audiologi khusus yang terdiri dari audiometri khusus (seperti tes Tone decay, tes Short Increment Sensitivity Index {SISI}, tes Alternate Binaural Loudness Balance {ABLB}, audiometri tutur, audiometri Bekessy), audiometri objektif (audiometri impedans, elektrokokleografi, Brain Evoked Reponse Audiometry {BERA}, pemeriksaan tuli anorganik (tes Stenger, audiometri nada murni secara berulang, impedans) dan pemeriksaan audiometri anak.

Update : 25 Mei 2006

Sumber :

Kapita Selekta Kedokteran. Editor Mansjoer Arif (et al.) Ed. III, cet. 2. Jakarta : Media Aesculapius. 1999.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar